UG

Kamis, 02 Januari 2014

BAB VIII | ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

IImu  pengetahuan, teknologi,  dan kemiskinan merupakan bagian-bagian yang  tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu system yang berinteraksi, interelasi, interdependensi, dan ramifikasi (percabangannya). Dengan demikian wajarlah apabila menghadapi masalah   yang kompleks ini, memerlukan studi mendalam dan analisis interdisipliner kalau tidak mau mencampuradukkan unsur-unsur sintesis dengan sintesisnya sendiri.

1. Ilmu Pengetahuan
Di kalangan ilmuwan ada keseragaman  pendapat,  bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis,  empiris, umum, dan akumulatif.


Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana  karena  bermacam-macam  pandangan  dan teori  (epistemologi), di antaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi.

Menurut Decartes ilmu pengetahuan  merupakan  serba budi; oleh Bacon  dan David  Home  diartikan sebagai pengalaman  indera dan batin; menurut Immanuel Kant  pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman; dan teori Phyroo mengatakan, bahwa tidak ada kepastian  dalam pengetahuan.  Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan diperoleh  sumber-sumber pengetahuan  berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman,  sintesis budi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang  pasti.

Untuk mencapai suatu pengetahuan  yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap  yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung  dalam mencapai  tujuan  ilmu  itu sendiri,  sehingga  benar-benar objektif,  terlepas  dari prasangka  pribadi  yang bersifat  subjektif.  Sikap yang bersifat  ilmiah  itu meliputi  empat hal:

a. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
b. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang  dihadapi supaya didukung oleh  fakta  atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun   terhadap alat indera   dan budi yang digunakan untuk   mencapai ilmu.
d. Merasa pasti bahwa   setiap pendapat,    teori,   maupun   aksioma   terdahulu telah  mencapai  kepastian, namun masih  terbuka  untuk  dibuktikan kembali.

Permasalahan  ilmu  pengetahuan meliputi  arti sumber  kebenaran  pengetahuan, serta sikap  ilmuwan  itu sendiri  sebagai dasar untuk langkah selanjutnya.  Ilmu  pengetahuan itu sendiri  mencakup ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan social dan kemanusiaan,  dan sebagai   apa  yang  disebut  generic  meliputi segala usaha penelitian dasar dan terapan serta pengembangannya.

Penelitian  dasar bertujuan  utama  menambah pengetahuan  ilmiah, sedangkan  penelitian terapan adalah untuk menerapkan secara  praktis pengetahuan  ilmiah. Pengembangan diartikan sebagia penggunaan  sistematis dari   pengetahuan  yang diperoleh penelitian untuk keperluan    produksi   bahan-bahan, cipta rencana system metode  atau  proses yang   berguna,    tetapi yang  tidak mencakup produksi  atau engineeringnya (Bachtiar Rifai, 1975).

2. Teknologi
Dalam  konsep  yang  pragmatis   dengan  kemungkinan   berlaku   secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi  sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung  pengertian berhubungan dengan proses produksi; menyangkutcara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal,  tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan  untuk merealisasi tujuan produksi. "Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis,  tetapi secara luas juga  meliputi teknologi  sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani." (Eugene  Staley,  1970).

Teknologi     yang   berkembang     dengan    pesat,    meliputi    berbagai    bidang kehidupan   man usia.  Masa  sekarang   nampaknya    sulit  memisahkan    kehidupan manusia  dengan  teknologi,   bahkan  sudah  merupakan   kebutuhan   man usia. Awal perkembangan     teknik   yang   sebelumnya    merupakan    bagian   dari   ilmu   atau bergantung     dari   ilmu,   sekarang    ilmu   dapat   pula   bergantung     dari    teknik. Contohnya    dengan   berkembang    pesatnya   teknologi    komputer   dan  teknologi satelit  ruang  angkasa,   maka  diperoleh   pengetahuan   baru  dari  hasil  kerja  kedua produk   teknologi    terse but.  Luasnya   bidang   teknik,   digambarkan    oleh  Ellul
sebagai   berikut:

a. Teknik meliputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik,  mampu  mengkonsentrasikan  kapital  sehingga    terjadi sentralisasi ekonmi. Bahkan ilmu ekonomi  sendiri  terserap   oleh  teknik.

b. Teknik  meliputi    bidang   organisasi  seperti   administrasi, pemerintahan, manajemen,  hukum  dan  militer.  Contohnya   dalam  organisasi negara,  bagi seorang   teknik  negara  hanyalah   merupakan   ruang  lingkup untuk  aplikasi alat-alat yang   dihasilkan  teknik.  Negara  tidak  sepenuhnya bermakna sebagai  ekspresi   kehendak   rakyat,  tetapi  dianggap   perusahaan   yang  harus memberikan jasa  dan  dibuat   berfungsi    secara   efisien.  Negara   tidak  lagi berurusan  dengan keadilan sosial  sebagai  tumpuannya, melainkan   menurut ahli  teknik   negara harus menggunakan  teknik   secara  efisien.

c. Teknik   meliputi   bidang   manusiawi, seperti   pendidikan, kerja, olahraga, hiburan  dan obat-obatan.   Teknik  telah  menguasai   seluruh sektor  kehidupan manusia, manusia  semakin harus   beradaptasi  dengan  dunia teknik   dan tidak  ada lagi unsur  pribadi  manusia yang  bebas  dari  pengaruh teknik.

3. Kemiskinan
Kemiskinan  lazimnya  dilukiskan  sebagai kurangnya  pendapatan  untuk memenuhi    kebutuhan    hidup   yang   pokok.   dikatakan    berada   di  bawah   garis kemiskinan   apabila  pendapatan   tidak  cukup  untuk  memenuhi   kebutuhan   hidup yang  paling  pokok  seperti  pangan,  pakaian,   tempat  berteduh,   dll.  (Emil  Salim, 1982).
Garis   kemiskinan,    yang   menentukan    batas   minimum    pendapatan    yang diperlukan   untuk  memenuhi   kebutuhan   pokok,  bisa  dipengaruhi    oleh  tiga  hal:

(1)  persepsi    manusia   terhadap    kebutuhan    pokok   yang   diperlukan,   
(2)  posisi  manusia   dalam  lingkungan   sekitar,  dan 
(3) kebutuhan   objektif   manusia untuk   bisa  hidup  secara   manusiawi.

Kesemuanya    dapat   tersimpul    dalam   barang   dan  jasa   dan   tertuangkan dalam   nilai  uang  sebagai   patokan bagi  penetapan   pendapatan minimal yang diperlukan,  sehingga   garis  kemiskinan ditentukan  oleh  tingkat   pendapatan minimal   (versi  Bank  Dunia  di kota  75 dolar  AS,  dan  di desa  50 dollar  AS per jiwa    setahun, 1973).  Menurut    Prof.   Sayogya    (1969),   garis   kemiskinan dinyatakan    dalam   rp/tahun,    ekuivalen    dengan    nilai   tukar   beras   (kg/orang/ bulan,   yaitu   untuk   desa   320 kg/orang/tahun     dan  untuk   kota  480 kg/orang/ tahun).

Atas dasar  ukuran  ini maka  mereka  yang  hidup  di bawah  garis  kemiskinan memiliki   ciri-ciri   sebagai   berikut:
a. tidak  memiliki  faktor  produksi   sendiri  seperti   tanah,  modal,  keterampilan, dsb.;
b. tidak   memiliki   kemungkinan    untuk  memperoleh     asset  produksi   dengan kekuatan    sendiri.   seperti    untuk   memperoleh    tanah   garapan   atau  modal usaha:
c. tingkat   pendidikan    mereka   rendah,   tidak   sampai     tamat   sekolah    dasar karena   harus   membantu   orang    tua  mencari   tambahan   penghasilan;
d. kebanyakan     tinggal    di  desa   sebagai    pekerja     bebas   self   employed), berusaha   apa  saja;
e. banyak    yang    hidup    di   kota   berusia     muda,    dan   tidak    mempunyai keterampilan.
Sedangkan kemiskinan   menurut  orang umum dapat  dikategorikan   kedalam tiga unsur: 

(1)  kemiskinan   yang  disebabkan   handicap  badaniah  ataupun  mental seseorang, 
(2)   kemiskinan yang   disebabkan oleh bencana alam, dan  
(3) kemiskinan    buatan.  Yang relevan  dalam   hal  ini  adalah   kemiskinan    buatan, buatan  manusia    terhadap manusia pula  yang disebut  dengan  kemiskinan struktural. ltulah kemiskinan   yang timbul  oleh dan dari struktur-struktur    (buatan manusia),   baik  struktur   ekonomi,   politik,   sosial,   maupun   kultur.

Karena  kemiskinan  di antaranya   disebabkan   oleh  struktur  ekonomi,   maka terlebih   dahulu   perlu  memahami    inti  pokok  dari  suatu  "struktur". Inti  pokok dari  struktur   adalah   realisasi   hubungan antara   suatu   subjek   dan  objek,   dan an tara  subjek-subjek    komponen-kornponen   yang  merupakan   bagian  dan  suatu sistem.  Maka  permasalahan struktur  yang  penting   dalam  hal  ini  adalah  pola relasi. Ini  mencakup    masalah kondisi  dan posisi  komponen (subjek-subjek) dari  struktur  yang bersangkutan  dalam  keseluruhan  tat a susunan  at au sistem dan fungsi dari  subjek  atau komponen   tersebut   dalam  keseluruhan    fungsi  dan sistem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar